Teknologi
Pendidikan merupakan suatu disiplin keilmuan yang bermula di Amerika Serikat.Konsep
teknologi itu sendiri tak akan lepas dari definisi tentang sebuah cara, sebagai
cotoh cara orang tua mendidik anaknya dengan memberikan pengalaman secara
langsung dan memanfaatkan kondisi lingkungan,cara memecahkan suatu masalah
dengan jalan dialog / diskusi dan lain-lain.
James D.Finn (1915-1969), Guru Besar Tetap dalam bidang pendidikan di University of Southern California (USC) dan Guru Besar Tamu di Michigan State dan Syracuse University dinobatkan sebagai Bapak teknologi pendidikan karena karya-karyanya sejak tahun 1949 hingga 1969 menjadi suatu referensi klasik yang diterbitkan oleh AECT pada tahun 1972. Menurut Finn, tahun 1920-an adalah awal perkembangan teknologi pendidikan dengan munculnya pengajaran visual yang menggunakan alat bantu visual (gambar, model, objek).Namun masih memiliki kelemahan karena hanya mengutamakan bahan itu sendiri dan kurang memperhatikan desain, pengembangan, produksi, evaluasi, dan pengelolaan bahan itu. Dengan munculnya rekaman suara, aliran pengajaran visual berkembang menjadi pengajaran audiovisual.Namun itupun masih menemui kendala karena lebih menekankan perhatian kepada bahan daripada proses pengembangan bahan, dan tetap memandang bahwa audiovisual sebagai alat bantu guru dalam pengajaran.Di akhir Perang Dunia kedua muncul konsep baru yaitu teknologi pendidikan dalam hal teori komunikasi mengubah konsentrasi perhatian tidak hanya pada benda-benda melainkan juga kepada seluruh proses komunikasi mulai dari sumber sampai kepada penerima. Transisi dari pengajaran dari audiovisual ke komunikasi berlangsung secara paralel dan terintegrasi sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya pembelajaran.
James D.Finn (1915-1969), Guru Besar Tetap dalam bidang pendidikan di University of Southern California (USC) dan Guru Besar Tamu di Michigan State dan Syracuse University dinobatkan sebagai Bapak teknologi pendidikan karena karya-karyanya sejak tahun 1949 hingga 1969 menjadi suatu referensi klasik yang diterbitkan oleh AECT pada tahun 1972. Menurut Finn, tahun 1920-an adalah awal perkembangan teknologi pendidikan dengan munculnya pengajaran visual yang menggunakan alat bantu visual (gambar, model, objek).Namun masih memiliki kelemahan karena hanya mengutamakan bahan itu sendiri dan kurang memperhatikan desain, pengembangan, produksi, evaluasi, dan pengelolaan bahan itu. Dengan munculnya rekaman suara, aliran pengajaran visual berkembang menjadi pengajaran audiovisual.Namun itupun masih menemui kendala karena lebih menekankan perhatian kepada bahan daripada proses pengembangan bahan, dan tetap memandang bahwa audiovisual sebagai alat bantu guru dalam pengajaran.Di akhir Perang Dunia kedua muncul konsep baru yaitu teknologi pendidikan dalam hal teori komunikasi mengubah konsentrasi perhatian tidak hanya pada benda-benda melainkan juga kepada seluruh proses komunikasi mulai dari sumber sampai kepada penerima. Transisi dari pengajaran dari audiovisual ke komunikasi berlangsung secara paralel dan terintegrasi sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya pembelajaran.
Definisi
tahun 1963
Definisi
teknologi pendidikan telah berkembang lima kali terhitung mulai tahun
kemunculannya 1960-an. Pengembangan definisi pertama kali dilakukan oleh the
Technological Development Project dari The National Education Association
dengan ketua tim Prof. Dr. Donald P. Ely. Pada tahun 1963 disahkan definisi
yang pertama sebagai berikut:
Komunikasi audiovisual ialah cabang
teori dan praktik pendidikan, khususnya yang berkepentingan dengan rancangan
dan pemanfaatan pesan yang mengendalikan proses belajar. Kegiatan ini meliputi
perencanaan, produksi, seleksi, pengelolaan dan pemanfaatan komponen-komponen
sistem dan seluruh sistem instruksional. Tujuan praktisnya, yaitu efisiensi
pemanfaatan setiap metode dan media komunikasi yang dapat menyumbang
pengembangan potensi si-belajar secara penuh.
Definisi
ini merubah kerangka teori secara menyeluruh yang awalnya berorientasi pada
benda, indera dan wujud konkret, digantikan menjadi konsep proses hubungan yang
dinamis dan berkelanjutan karena semua unsur saling berinteraksi dan
mempengaruhi. Terkonsepnya perancangan dan pemanfaatan secara tepat dalam
proses belajar. Definisi ini memicu perubahan nama dari Department of Audio
Visual Instruction (DAVI) menjadi the Association for Educational Communication
and Technology (AECT). Definisi ini menggunakan istilah “audiovisual communications”,”audiovisual”,”educational communications”,
“instructioal teaching” silih berganti. Hal ini menyebabkan timbulnya
keraguan akan nama yang sesungguhnya dari bidang yang bersangkutan.Selain itu
masih terpaku pada perencanaan dan perancangan bahan ajar.
Definisi
tahun 1970
Dilakukan
usaha kedua untuk mendefinisikan teknologi pendidikan oleh the Comissioon on
Instructional Technology yang dipimpin oleh Sidney Tickton pada tahun 1970-an.
Definisi komunikasi audiovisual sebelumnya dikembangkan menggunakan acuan
Pendekatan Sistem dan Pengembangan Instruksional.
Teknologi Instrusional adalah suatu
cara yang sistematik untuk merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi
keseluruhan proses belajar pada manusia, serta dengan mempergunakan kombinasi
sumber belajar insani dan non-insan agar terjadi pembelajaran yang lebih
efektif.
Konsep
ini menekankan pada :
1. Teknologi
pendidikan lebih mementingkan proses daripada produk / media peralatan.
2. Teknologi
pendidikan memanfaatkan sumber-sumber manusiawi dan nonmanusiawi.
3. Produk-produk
teknologi pendidikan digunakan sebagi “sumber belajar”.
4. Teknologi
pendidikan berlandaskan pada teori belajar dan komunikasi.
Ini
sebagi upaya untuk memfasilitasi dan persiapan segala hal yang diperlukan bagi
berlangsungnya proses pendidikan/pembelajarn yang lebih baik.
Definisi
tahun 1972
Komisi
Definisi dan Terminologi AECT mengeluarkan definisi ketiga :
Teknologi pendidikan adalah suatu
bidang yang berkepentingan dengan memfasilitasi belajar pada manusia, melalui
usaha sistematik dalam identifikasi, pengembangan, pengorganisasian, dan
pemanfaatan berbagai macam sumber belajar serta dengan pengelolaan atas
keseluruhan proses tersebut.
Definisi
ini mengemukakan bahwa teknologi pendidikan sebagai suatu bidang; proses
memfasilitasi belajar dan bukan kendali belajar; dan penggunaan istilah
teknologi pendidikan. Namun kurang tepat untuk teori dan profesi maka dilakukan
usaha perbaikan lagi.
Definisi
tahun 1977
Diterbitkan
oleh AECT, “The Definition of Educational Technology” sebagai berikut :
Teknologi pendidikan adalah proses
yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan
organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan,
mengevaluasi,dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek
belajar manusia.pemecahan masalah terjelma dalam bentuk sumber belajar yang
dirancang, dipilih dan atau digunakan untuk keprluan belajar, dan yang terdiri
dari pesan, orang, bahan, peralatan,teknik, dan latar (lingkungan). Proses
analisi masalah merupakan fungsi pengembangan pendidikan dalam bentuk
riset/teori, desain, produksi, evaluasi seleksi, logistik, pemanfaatan dan
penyebaran. Proses pengarahan dan koordinasi merupakan fungsi pengelolaan
pendidikan yang meliputi pengelolaan organisasi dan personel.
Teori
ini meliputi 16 bagian yang saling terkait dan diharapkan dapat memberi
penjelasan yang memadai. Perinciannya sebagai berikut :
1. Istilah
teknologi pendidikan berbeda dengan teknologi instruksional;yang terakhir
merupakan bagian dari yang pertama.
2. Teknologi
pendidikan dapat membentuk teori karena danya gejala khusus yang menjadi
orientasi dan prinsip.
3. Teknologi
pendidikan memiliki teknik intelektual yang unik dengan pendekatan sistematik
yang menimbulkan efek sinergistik
4. Teknologi
pendidikan merupakan suatu profesi yang membutuhkan pendidikan khusus.
5. Teknologi
pendidikan beroperasi dalam konteks masyarakat yang lebih luas, berpihak pada
kepentingan manusia dan meniadakan hal-hal klise.
6. Teknologi
pendidikan bergerak dalam keseluruhan bidang pendidikan.
Teknologi
pendidikan dalam definisi 1977 dibagi menjadi 2 yaitu teknologi pendidikan
(Educational Technology) dan teknologi pembelajaran (Instrucsional Technology).
teknologi pendidikan sebagai proses yang kompleks dan global mencakup orang , prosedur , ide,
gagasan, dan organisasi.Sedangkan teknologi pembelajaran merupakan bagian dari
teknologi pendidikan yang lebih spesifik ruang lingkupnya, terstruktur dan
terarah.Namun masih terdapat kelemahan juga dalam teori tahun 1977, seperti
tidak ada penjelasan tentang proses kompleks dan terpadu;keraguan perumusan
definisi sehingga harus dinyatakan dalam 16 bagian; penggunaan istilah
pendidikan yang meluas; penjelasan tentang pendidikan yang lebih banyak
dihabiskan di sekolah; status keilmuannya; tidak ada ketentuan bahwa komponen
harus dikelola secara efektif dan efisien sehingga kesemuanya itu mempersulit
pengakuan dan komunikasi dengan bidang kajian lain.
Definisi
tahun 1994
AECT
membentuk suatu Komisi Definisi dan Terminologi pada tahun 1990 yang dipimpin
oleh BarbaraB. Seels yang menghasilkan buku Instrucsional Technology: The
Definition and Domains of the Field.
Teknologi pembelajaran adalah teori
dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta
penilaian proses dan sumber untuk belajar.
Kompoen
dalam definisi ini adalah teori dan praktik; kawasan desain; pengembangan;
pemanfaatan; pengelolaan; penilaian;proses dan sumber; untuk keperluan belajar.
Definisi
tahun 2004
AECT
mengeluarkan kembali definisi teknologi pendidikan tahun 2004 sebagai berikut :
Teknologi Pendidikan adalah studi
dan praktek etis memfasilitasi belajar dan meningkatkan kinerja dengan
menciptakan, menggunakan dan mengelola proses dan sumber teknologi yang tepat.
Dalam
konsep ini minimal ada 9 elemen kunci yang dapat dirinci sebagai berikut:
1. Study
(Penelitian dan Praktek Reflektif)
2. Ethical
Practice (Praktek Etis): Kode Etik sebagai Landasan Praktek
3. Facilitating
(Memberikan Kemudahan Belajar)
4. Learning
5. Improving
— Improving Performance
6. Performance
7. Create
8. Using
9. Managing
Definisi
tahun 2008
Definisi 2008 sudah lebih spesifik karena
menekankan pada studi & etika praktek.
Berikut definisi Teknologi Pendidikan dari AECT Tahun 2008 :
Teknologi Pembelajaran adalah studi
dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja
melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber daya
teknologi.
Penerapan
konsep Teknologi Pendidikan beserta contoh
Perkembangan
konsep penerapan teknologi pendidikan di Indonesia mengikuti perkembangan di
Amerika Serikat. Sebagai contoh tahun 1951 diselenggarakan school broadcasting
perintis di Jakarta, Bogor, Bandung, Cirebo. Tahun 1955 didirikan BKTPG (Balai
Kursus Tertulis Pendidikan Guru) di Bandung. Lembaga yang menyelenggarakan
kursus tertulis bagi calon guru SD.Pada tahun 1973 dalam rangka kerjasama
dengan INNOTECH mulai diuji coba sistem SD PAMONG (Pendidikan Anak, Masyarakat,
Orang Tua dan Guru). Praktik lain dengan beragamnya bentuk sistem dan strategi
pembelajaran yang berkembang seperti Sistem SMP Terbuka dan Universitas
Terbuka, pembelajaran berbasis masalah, komputer,elaboratif dan kooperatif
melalui siaran televisi edukasi dan lain-lain. Contoh penerapan lainnya seperti
sistem pendidikan jarak jauh yang dikoordinasi IDLN, maupun strategi dan teknik
pembelajaran untuk pemecahan masalah dan belajar aktif.
Program
aplikasi teknologi pendidikan secara nasional yang semula dikoordinasikan oleh
Pustekkom Diknas yang sekarang ini telah menyebar dan melembaga. Melalui
proyek- proyek TKPD, TKPLS, TKPT misalnya telah mewujudkan penataran guru jarak
jauh dan dengan belajar mandiri, program Kejar paket A dan B, SLTP Terbuka,
Universitas Terbuka, program pendidikan serjana, Magister, Doktor dalam
Teknologi Pendidikan dan Departemen Pendidikan Nasional maupun lembaga di luar
itu yng mempunyai skala dan tujuan yang berbeda.
Meskipun
program peneapan dan pengembangannya berbeda namun punya visi umum yang sama
yaitu :
Terwujudnya berbagai pola
pendidikan dan pembelajaran dengan dikembangkannya dan dimanfaatkanyya aneka
sumber, proses, dan sistembelajar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan, menuju
terbentuknya masyarakat yang belajar dan berpengetahuan.
Referensi
:
Prof.
Dr. Yusufhadi Miarso, M.Sc. 2007. Menyemai
Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
0 komentar:
Posting Komentar