Pages

Minggu, 18 Juni 2017

Pendidikan Anak di Pesantren

Pendidikan dikatakan Wakil Presiden Yusuf Kalla harus memenuhi kebutuhan ke depan yaitu teknologi dan persaingan dunia internasional, keterbukaan yang luar biasa dan hubungan antarmanusia yang berubah. Pesantren sebagai lembaga pendidikan mendapat tempat khusus di hati masyarakat Indonesia. Tidak hanya identik dengan gedung tempat tinggal untuk para santri, pesantren menjadi tempat untuk membangun sistem dan mutu pendidikan Indonesia yang lebih baik. Eksistensi pesantren terjadi karena pesantren mampu menyesuaiakan diri dengan kebutuhan masyarakat, dengan tanpa meninggalkan tradisi lama yang sudah mengakar di pesantren selama bertahun-tahun yang dianggap masih relevan dan baik.
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia dan telah berkembang dengan baik. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang berperan sebagai lembaga sosial telah banyak memberikan warna yang khas dalam wajah masyarakat pedesaan sebagai lingkungan pesantren. Kebanyakan pondok pesantren didirikan sebagai bentuk reaksi terhadap pola kehidupan tertentu yang dianggap rawan, dengan demikian berdirinya pondok peantren menjadi salah satu bagian tranformasi kultural yang berjalan dalam jangka waktu yang relatif panjang. Karena hakekat pesantren sebagai titik awal tranformasi , dengan sendirinya pesantren dipaksa oleh keadaan untuk memperolah alternatif terbaik bagi kehidupan. Pesantren sebagai pilihan ideal ini sangat sesuai dengan kultur agama Islam di nusantara ini. Walaupun pesantren diklaim sebagai lembaga pendidikan tradisional, bukan berarti pesantren tidak mengalami perubahan dan penyesuaian. Perubahan-perubahan tersebut demikian bertahap, rumit dan tertutup. Itulah sebabnya bagi para pengamat yang tidak kenal pola pikiran Islam, maka perubahan-perubahan tersebut tidak akan bisa dilihat, walaupun sebenarnya terjadi di depan matanya sendiri, kecuali bagi mereka yang mengamatinya secara seksama. Sistem pendidikan pondok pesantren dapat diartikan serangkaian komponen pendidikan dan pengajaran yang saling berkaitan yang menunjang pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh pondok pesantren.
Pondok pesantren tidak mempunyai rumusan yang baku tentang sistem pendidikan yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi semua pendidikan di pondok pesantren. Hal ini disebabkan karakteristik pondok pesantren sangat bersifat personal dan sangat tergantung pada Kiai pendiri. sistem pedidikan pesantren sebagai berikut: Tujuan sistem pengajaran pondok pesantren lebih mengutamakan niat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dari pada mengejar hal-hal yang bersifat material. Seseorang yang mengaji disarankan agar memantabkan niatnya dan mengikuti pengajian itu semata-mata untuk menghilangkan kebodohan pada diri manusia. Pemerintah melalui Depag RI, membuat standarisasi pendidikan agama di pondok pesantren. Dalam lokakarya intensifikasi pengembangan pondok pesantren pada tanggal 2-6 Mei 1978 tentang tujuan pondok pesantren adalah untuk membina warga negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupan sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat dan bangsa. Sedangkan dilihat dari sisi kuriulum, pondok pesantren merupakan urutan kitab yang dipelajari oleh santri, dimana kurikulum pesantren tidak distandarisasi secara kolektif. Untuk menentukan urutan kitab yang pengajarannya didahulukan, pesantren mendasarkan pada kitab yang pembahasannya sederhana bagi santri pemula, setelah itu baru dilanjutkan pada kitab yang pembahasannya lebih luas dan terurai. Depag RI, sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan pendidikan Islam, berupaya untuk menyusun standarisasi kurikulum pendidikan pesantren yang dikembangkan menjadi lima jenjang pendidikan.
Pondok pesantren dalam penyampaian pelajaran menggunakan dua sistem pengajaran, yaitu sistem sorogan, yang sering disebut sistem individual, dan sistem bandongan atau wetonan yang sering disebut kolektif. Pada perkembangan selanjutnya sebagian pondok pesantren menyesuaikan diri dengan perkembangan lembaga pendidikan formal yang ada disekitarnya, yang menggunakan sistem klasikal, muncullah “Madrasah Diniyyah” yaitu madrasah yang hanya menyajikan materi pelajaran agama dengan sistem klasikal. Dengan demikian pondok pesantren pada saat ini sudah banyak menggunakan metode pengajaran sebagaimana sistem klasikal dengan tidak meninggalkan sistem lama yaitu sorogan dan wetonan.
Dari segi manajerial, pada masa awal pondok pesantren organisasi dan manajemen pondok pesantren sangat sederhana, dimana kehidupan dalam pesantren hampir seluruhnya diatur oleh para santri sendiri. Kiai tidak terlibat langsung dalam kehidupan para santri. Peraturan sehari-hari di pesantren seluruhnya diurus para santri “lurah pondok” bersama Kiai menyusun peraturan untuk persoalan-persoalan praktis, yang pelaksanaannya diserahkan kepada lurah pondok. Pada perkembangan selanjutnya, pondok pesantren menggunakan prinsip-prinsip organisasi dan manajemen sebagaimana yang dipakai dalam lembaga pendidikan formal, walaupun dalam tingkat yang berbeda. Karena itulah Depag RI, menyusun buku panduan Administrasi Pesantren, untuk membantu pesantren dalam mengelola organisasi pesantren.

Kehidupan pembelajaran anak di pesantren bisa juga dikatakan sebagai pendidikan full day school. Ada yang sekolah sambil mesantren, dan ada yang mesantren tok.Sekolah sambil mesantrenmaksudnya pagi sampai dengan siang sekolah, dan sore atau malam dilanjutkan dengan mengaji di pondok. Pada santri-santri di pesantren salafiah,mereka ada full mempelajari kitab kuning, atau juga pada pesantren yang terpadu, selain belajar kitab kuning, juga belajar sejumlah keterampilan yang akan menjadi bekalnya di masyarakat pasca keluar dari pesantren. Misalnya diberikan keterampilan bertani, beternak, berkebun, menyablon, membuat kaligrafi, dan sebagainya. Belajar melalui praktek langsung, para santri memperoleh ilmu dan keterampilan yang sangat berharga bagi mereka, kecakapan hidupnya (life skill) semakin terasah(selengkapnya : http://www.kompasiana.com).

0 komentar:

Posting Komentar